Labels

Insight, 26 Nov 2017 | Your life is in "working in progress" stage

Wow, gak terasa uda di ujung tahun ya. Bahkan November pun uda mau berakhir.
Di awal tahun biasanya berasa waktu berjalan lambat, apalagi kalau bulan yang dilalui gak ada hari liburnya, hahaha. *Curhat!*

Tapi kalau uda di penghujung tahun, kaget juga loh ya, waktu berlalu begitu cepat. Bahkan aku sendiri berpikir, setahun ini uda ngapain aja? Uda belajar apa aja? Ada progress apa aja? Alias me-review diri juga.

What about you guys? Bagaimana review diri kalian? Banyak kah perubahan dalam hidupmu sepanjang tahun ini? Aku berharap perubahan yang baik yang terjadi dalam hidupmu. :)



Kalau saya, yang pasti, di penghujung tahun lalu, timbul iman dalam hati saya bahwa 2017 akan jadi tahun yang sangat luar biasa dan besar bagi saya. Nyatanya apa yang saya alami? I lost my dogs. Si luppy mati dicabik anjing gede. Trus si callisa entah kenapa muntah-muntah dan BAB darah. Huhu.
Lalu untuk satu dan lain hal, adik saya pun akhirnya memilih bekerja di luar negeri. Rasanya dunia saya hancur. Karena bagi saya, yang penting anggota keluarga saya lengkap dan ada di sekitar saya.

Jujur saja, saya sempat bertanya ke Tuhan, kok yang saya alami kesannya menghancurkan saya?




Ketika diingatkan tentang bersyukur, saya kembali diingatkan apa saja yang sudah Tuhan kerjakan dan sediakan bagi saya. Saya dapat pindah kerja dengan gaji yang lebih besar dan owner perusahaan sangat baik terhadap karyawannya. Di kantor baru ini saya bisa belajar bidang baru dan juga hal-hal baru. Saya juga diingatkan kembali tentang building relationship dengan baik. Dan masih banyaaaaak hal baik lainnya.



Kalau mau ditimbang, jauh lebih banyak hal baik yang Tuhan lakukan bagi saya. Hanya saja, saya terlalu egois dan melihat yang negatif. Dan guess what? Beberapa hari yang lalu, saya merasa kembali on track! Yes, I am back on track!

Maksudnya bagaimana back on track? Nah, ini insight yang mau saya sharing. Jadi, daritadi celotehan saya itu cuma pembukaan cerita. Hahaha. :p




Jadi, kamis lalu ketika saya komsel, kami para pengurus, dihadapkan kondisi dimana kemungkinan komsel kami akan dibubarkan jika tidak ada penerusnya. Karena pemimpin kami akan meninggalkan Indonesia dan pindah ke luar negeri karena menikah.
Long story short (ceritanya ga mau membuka drama di sini, hoho), saya dapat insight yang dari kamis tapi hari ini saya renungkan sepanjang pulang gereja dan saya menangis tiada henti karena amaze sama baiknya Tuhan Yesus. So, apa aja yang saya dapatkan??


1. Jangan keraskan hatimu


Yup, hal simple tapi seringkali kita gak sadari yaitu keadaan hati kita. Seringkali keadaan tidak berjalan sesuai keinginan kita dan karena tidak pandai meng-handle hati dan pikiran, kita bisa terjebak dengan merasa sebagai korban situasi dan akhirnya mengeraskan hati.

Kok bisa? Yes, bisa.
Karen hati yang gak bersyukur, karena hati yang gak rela dibentuk, karena pikiran yang gak mau diubahkan, akhirnya kita terjebak dan tanpa sadar merasakan kepahitan. Parahnya lagi, walau uda sadar ada yang salah sama diri kita, kita gak mau lepaskan pula kepahitan itu.

Dan saya diingatkan, saat kita mengeraskan hati, kita tuh lagi tutup kuping, gak mau denger suara Tuhan. Tanpa sadar, ibaratnya kita tuh lagi bilang sama Tuhan "Udah, jangan sentuh saya, saya gak mau dibentuk, biarkan saja saya seperti ini".


Kebayang gak, kalau tanah merah lagi mau dibentuk jadi porselen yang cantik?
Harus mau dibentuk, harus mau di proses yang pastinya gak akan enak dan nyaman.
Apa jadinya kalau si tanah merah yang baru setengah di proses ngomong ke pengrajinnya "udah, jangan apa-apain aku lagi, anggap saja sudah selesai, letakkan saya di meja pajangan". Kalo saya yang jadi pengrajinnya, saya akan bilang ke si tanah liat "Hellow! You are still ugly! Mau dipajang di meja? Yang bener aje!". Haha, witty banget ye.

Untungnya Tuhan Yesus sangat baik dan sabar sama saya yang keras kepala dan keras hati ini.
Kamis lalu saat saya diingatkan untuk gak keras hati, surprisingly saya nurut loh. Saya oke aja dan saya mengosongkan hati dan pikiran saya. Saya tidak mengijinkan diri saya yang berbicara. Dan saya bisa mendengar Dia dengan jelas. Sehingga saya sadar, di saat saya mengeraskan hati, sesungguhnya saya sedang berjalan sendiri dengan kekuatan saya sendiri. Pantas saja hidup terasa berat dan gelap.



2. Percaya pada rancangan Tuhan atas hidupmu


Saat kita mengeraskan hati dan berjalan dengan kekuatan kita, tanpa kita sadari, sebenarnya kita sedang berkata kepada Tuhan "Tuhan, saya jalan ke sini aja deh, saya gak yakin kalau jalan yang Kau tunjuk itu bener deh, keliatannya susah dan gak enak, yang sudah saya lewati aja nyakitin."


Hm. Padahal jelas Tuhan sudah merancangkan hidup kita dengan baik bahkan dari kita masih bakal anak dan rancangan-nya itu yang terbaik buat kita!

Mazmur 139:13-17 (TB)
(13)Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku,
menenun aku dalam kandungan ibuku.
(14)Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib;
ajaib apa yang Kaubuat,
dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
(15)Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu,
ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi,
dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;
(16)mata-Mu melihat selagi aku bakal anak,
dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis
hari-hari yang akan dibentuk,
sebelum ada satu pun dari padanya.
(17)Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah!
Betapa besar jumlahnya!


Yeremia 29:11 (TB)
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.


3. Jangan ambil keputusan berdasarkan keadaanmu saat ini

Yes. Keadaan kita saat ini hanya sementara. The best is yet to come! We are in progress!
Jangan nilai keadaanmu saat ini sebagai keadaan final.
Jangan ambil keputusan berdasarkan keadaanmu saat ini, apalagi di saat kamu dihadapkan dengan suatu tantangan yang jelas kamu tahu bahwa kamu akan mendapatkan sesuatu yang luar biasa, tapi karena kamu lihat keadaanmu saat ini belum pantas dengan kemuliaan yang akan kamu terima, lalu kamu lewatkan begitu saja.


Jujur, itu yang hampir selalu saya lakukan. Saya merasa belum pantas karena melihat keadaan saya saat ini yang jauh dari layak. Saya memandang rendah terhadap diri saya sendiri.

Kamis lalu, Tuhan berbicara ke saya, "Jangan ambil keputusan berdasarkan keadaanmu saat ini, kamu tidak tahu kemana (sejauh/setinggi apa) Aku akan membawamu". Kamis lalu saat saya dengar ini, saya biasa aja. Tadi waktu jalan pulang dari gereja, saat saya ingat ini, saya nangiiiiis gak berhenti.

Karena saya ingat, saat Dia berbicara, saya dapat penglihatan sekilas walau gak jelas, tapi saya tahu saya akan dibawa ke tempat yang lebih tinggi. Saya gak tau pastinya saya akan jadi seperti apa, tapi Tuhan butuh saya untuk punya hati yang rela dan mau dibentuk, agar rencana-Nya bisa terwujud.


Saya langsung terbayang, bagaimana si tanah liat mau jadi porselen cantik kalau saat mau dibentuk malah kabur? Dan saya jadi teringat, jika saya mengambil keputusan dan melepaskan kesempatan yang datang (yang kemungkinan besar sudah Tuhan persiapkan), sesungguhnya saya sedang mengutarakan ketidakpercayaan saya terhadap rencana Tuhan, dan sesungguhnya saya sedang mengeraskan hati saya.

Wow! Sambung menyambung loh itu.
Dan saya menangis karena hati ini sangat tersentuh karena saya menyadari, Tuhan Yesus sungguh sangat baik. Saya aja yang bandel. Jadi, ya gak aneh kalau hidup saya gak berubah fantastis. Gak aneh kalau hidup saya gini - gini aja. Karena di saat Tuhan mau bentuk saya dan mau bawa saya lebih maju lagi, saya yang menolak.


4. Caramu memandang dirimu itu yang menentukan sikap dan pola pikirmu

Ini bonus. Really!
Pas di gereja, aku dapat poin ini dan amazingly kok nyambung sama yang saya dapat di hari kamis.


Pas lagi nyanyi menyembah dan memuji Tuhan, tiba - tiba saya dapat penglihatan 2 orang wanita yang berbeda usia. Yang satu keliatan masih early 20 yang masih hepi - hepi enjoying life sama teman-temannya, tapi terlihat bahwa dia tidak mau terlibat dalam tanggungjawab yang besar, pokoknya yang penting hepi dan enjoy aja.


Lalu, gak lama, terlihat wanita yang lebih dewasa, sekitar early 30. Terlihat matang, dewasa, berani bertanggungjawab dan bahkan siap membimbing generasi di bawahnya.


Aku bingung, maksudnya apa?
Then, aku dapat pengertian, itu adalah gambaran hidup yang harus aku pilih.
Remember, life is about choices!
Aku mau jadi wanita yang mana? After I choose, it will change the way I think and the way I act!!


Selama ini aku selalu menempatkan diriku belum layak, belum pantas, belum ini, belum itu.
Aku memposisikan diri seperti ABG. Ya, mungkin seperti gambaran wanita early 20 yang aku lihat. Pokoknye kerja, cari uang, enjoy aja. That's not what God wants for me. And definitely, that's not what I want in my life. No wonder kalau hidup gak pernah puas. Karena dengan menepatkan diri saya dengan pola pikir seperti itu (aku ini siapa? gak pantes lah, belum mampu, bla bla bla), saya akan bersikap seperti itu terus, gak akan ada majunya. Saya gak akan mencapai pemenuhan hidup saya. 

Dan guess what? Sikap itu menunjukkan 3 poin sebelumnya yaitu gak percaya sama Tuhan (rancangan dan pekerjaan tangan-Nya), mengeraskan hati dan melihat keadaan saat ini sebagai keadaan permanen.


Saat saya memilih menjadi gambaran wanita kedua, saya akan tanpa sadar mengarahkan diri saya menjadi seperti gambaran itu.


Lalu teringat Amsal 23:7(a)
(TB) Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia.
(AMP) For as he thinks in his heart, so is he





Guys, how about you?
Apakah ada hal-hal yang menghalangimu melihat jalan yang sudah Tuhan sediakan bagimu?
Adakah hatimu menjadi tawar dan keras?
Apakah ada yang membuatmu ragu akan kekuasaan Tuhan dan betapa mulia pekerjaan-Nya?
Apakah ada hal yang membuatmu ragu mengenai rancangan-Nya atas hidupmu?


Jika ada, percayalah, itu adalah tipu muslihat yang dilemparkan kepadamu agar engkau tidak bisa menggapai apa yang sudah Tuhan rancangkan bagimu.
Aku berdoa, Roh Kudus yang akan berbicara dan memberikan pengertian kepadamu.
Bukalah hatimu, bukalah pikiranmu. Ijinkan Dia menguasai hati dan pikiranmu sehingga damai sejahteranya bisa ada bersamamu dan memampukanmu menjalai hari-hari ke dapan.

GBU!