Labels

Menjadi dewasa

Hai semua.


Bagaimana kabar kalian?
Bagaimana liburannya?
Menyenangkan kah?
Siapa aja yang uda mulai kerja lagi?
Hohoho.


Liburan saya kali ini cuma di Jakarta aja.
Tapi bersyukur, di liburan ini, banyak pelajaran yang saya dapatkan.
Dan pelajaran terpenting adalah praktek menjadi dewasa. Mungkin kamu pernah dengar pepatah "menjadi tua itu alami, menjadi dewasa itu pilihan".


Dulu, waktu kecil (dan biasanya rata2 anak kecil) akan bilang "enak ya jadi orang gede, bisa melakukan apa aja".


Celetukan itu juga pernah keluar dari mulut saya.
Simply karena sebagai anak kecil, di larang ini itu, dan berpikir jika orang dewasa bebas dengan kehendaknya sendiri.
Well, setelah menjadi dewasa, kok rasanya lebih enak jadi anak kecil ya? Haha. Karena anak kecil gak banyak beban kewajiban yang berat. Haha.


Lalu, yang saya pelajari beberapa waktu belakangan ini adalah teori gak akan jadi ilmu dalam hidupmu kalo masih berupa teori aja. Harus dijalankan dan konsisten.
Untuk menjalankan, dibutuhkan keberanian juga.


Berani itu bukan tanpa takut.
Berani itu adalah walau takut tapi sudah mempertimbangkan sisi baik - buruk dan akhirnya mengambil keputusan melangkah dan menerima semua konsekuensi.
Dengan demikian, akan jadi berani. Karena bertanggungjawab.


Beda dengan nekat.
Nekat itu tanpa pertimbangan dan langsung hajar aja. Pas kena jeduk, baru deh mikir. Haha.


So, what's my point?
Menjadi tua itu otomatis, menjadi dewasa itu pilihan.
Bagaimana kamu bertanggungjawab. Terutama untuk pilihan yang kamu ambil.


Ga mau memilih karena takut melangkah pun merupakan suatu pilihan dengan konsekuensi sendiri.
Terkadang berpikir, menjalani hidup, seperti mengarungi lautan. Di lautan ada banyak resiko yang bisa terjadi, tapi kita tidak tahu yang mana yang akan menimpa kita.
Jadi, persiapan itu dibutuhkan. Tapi, jika spekulasi kemungkinan buruk yang terus kita lihat, bukannya membuat kita maju, tapi malah bikin kita mundur.


Hari ini saya dapat berbincang dengan teman lama saya.
Dia mengingatkan kembali, hati kita seperti lautan. Bisa berubah. Bisa tenang, bisa berombak.
Kita yang harus mengendalikan.


Pelajari emosi mu.
Bedakan pikiran dan emosi yang terbawa akibat pikiran tersebut.
Dengan demikian, lautan hatimu bisa teduh. Saat dengar ini, teringat Yeremia 17:9


"Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?"


Merenung itu baik. Tapi jika merenung dengan pemikiran yang salah, bukannya menjernihkan tapi membuat jadi lebih keruh.


Dan saya langsung terpikir, itu lah sebab kenapa kita perlu mempelajari Firman.
Agar menjadi dasar dan senjata kita melawan intimidasi si jahat yang datang melalui serangan perkataan dan pemikiran.


Fiuh.
Ilmu kehidupan sesungguhnya menyenangkan dan seru.
Masalahnya gak ada sekolah kehidupan. Kita belajar dari sekitar kita.
Dari generasi di atas dan di bawah kita. Sekolah yang baik, jelas sekolah yang ada ujiannya.


Ujian kehidupan kita muncul dari berbagai hal.
Baik itu berkat, baik itu masalah.
Apakah kita lulus uji? Jika gagal, coba lagi.
Jika berhasil lewat, selamat, Anda naik kelas dan jangan kaget jika ujian selanjutnya dirasa lebih berat. Namanya juga sudah naik tingkatan. :)


Satu hal yang saya pelajari. Kita gak bisa mengarungi kehidupan ini dengan kekuatan kita sendiri. Kita gak akan mampu. Hanya tinggal tunggu waktu untuk jatuh dan hancur berantakan.
Kita butuh Tuhan. Karena Dia adalah pribadi yang Maha Tahu dan Dia bisa menuntun kita.
Berani lah melangkah (ini juga peringatan untuk saya pribadi).


Karena, selama ini, saya tahu apa yang harus saya lakukan, tapi saya takut melangkah.
Dan hari ini, saya diberi insight.
Penyebabnya adalah terlalu men-campuraduk-kan memori masa lalu + emosi yang timbul dari masa lalu dan dibawa ke keadaan saat ini.


Betul, masa lalu kamu yang membentuk dirimu saat ini. TAPI, masa lalu kamu TIDAK menentukan masa depanmu. Apa yang kamu lakukan HARI INI yang menentukan masa depanmu.
Ingat, satu tahun berarti 365 kesempatan baru.


Saya menulis ini mungkin akan terkesan saya curhat gak jelas atau tanpa poin yang jelas awal dan akhirnya. Tapi saya berharap, tulisan ini bisa membantu dan membawa insight ke kehidupan orang lain. Hikmat datangnya dari Tuhan. Tapi Tuhan bisa berbicara melalui apa saja dan saya berharap tulisan ini bisa menjadi salah satu media-Nya.

No comments:

Post a Comment